Thursday, April 16, 2015

Kontradiktif Hati

    Kita bagaikan dua orang asing. Tak saling mengenal. Tak saling tau, meski sebenarnya kita adalah antonim dari itu. Kita saling tak peduli, acuh tak acuh tak mau tau.
   Kita bagaikan dua buah kutub magnet yang saling berlawanan,  meski mungkin kita adalah antonim dari itu. Kita tak pernah peduli, bagaimana keadaannya, kita seakan berhenti. Stuck. Tidak berjalan, apalagi berlari,  tapi jalan ditempat. Kita terhenti pada tumpuan masing-masing. Meski tanah yang kita pijaki sama.
    Kita berjauhan. Saling berpura-pura kuat. Saling berpura-pura tegar. Tapi sesungguhnya? Rapuh didalam, retak. Kita berlainan arah, aku dipetak ini, kau dipetak itu. Kita terkotak-kotak dalam bungkus yang berbeda. Dalam wadah yang berbeda.
     Kita memang begini. Munafik. Saling menutup-nutupi keadaan. Saling berbohong apalagi tentang hati.  Kita berbohong, bahwa rasa itu tak ada. Kita berbohong bahwa kita tak saling suka. Kita berbohong, saling berpura-pura. Seakan tak butuh,  padahal saling membutuhkan. Kita terasing. Terjebak diantara hati yang lain. Memaksa rasa itu ada bukan pada yang seharusnya. Tapi apa daya? Tak ada rasa nyaman. Kita memang begini. Berpura-pura mampu tapi sebenarnyaya tak mampu.
    Dan aku tau. Kita bukanlah orang asing. Bukan pula magnet yang berlawanan. Karena kita adalah kebalikannya. Kita memang begini, malu-malu tapi mau ☺

Powered By Blogger
cursor by onehundred-vicless-nights

Please Translate Here