Thursday, October 11, 2018

Aku menyerah



        Aku menyerah. Ntah. Menyerah atau meneruskan langkahku, langkahku untuk selalu mencoba berusaha bertemu denganmu. Mencoba untuk dekat, lebih dari sekedar seorang teman untukmu, selalu ada kapanpun itu. Namun yang kutau, sejak hari itu, semuanya berubah.
        Kemarin ulang tahun abangmu. Bukannya pelit, rasanya ingin memberi saudaramu atau kau hadiah, rasanya sudah malas. Rasanya hambar. Kau mencampakan diri ini. Aku yang selalu bertanya kepada diriku sendiri, apa artinya pertemuan kita selama 3 tahun belakangan ini. Mungkinkah aku yang terlalu percaya diri? Namun mengapa intuisiku selalu mengatakan, kau punya rasa yang sama, kau berbeda dengan orang lain yang pernah mengisi hatiku sebelum ini. Aku tau, untuk menuntutmu aku tak punya hak apa-apa.
        Rasanya semua sia-sia. Namun aku juga tidak mau menghilang tanpa alasan dalam waktu lama. Aku akan selalu ada, untukmu, mendukung apapun yang kau lakukan, datang ke setiap konser yang ada bandmu. Kau tau, bagiku menjadi sekedar teman atau sahabat itu sudah sangat menyenangkan, Meskipun mungkin kutau, sakit rasanya melihat kau bersamanya.
       Aku tidak tau mau memberi judul apa untuk tulisan ini, tapi yang kutau, Menyerah-ku disini bukan berarti aku akan mundur untuk menjauhimu. Aku akan selalu ada, untukmu, tanpa bermaksud menganggu kalian berdua, aku akan selalu dukung kamu. Selalu hadir, kamu mau lihat atau tidak, kamu sadar akan keberadaanku atau tidak, terserah kamu.
         Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu. Dan juga memaafkanmu. Rasanya baru hari itu kita bicara banyak hal, kau menanyakan pendapatku tentang hal yang kau tanyakan, kita tertawa bersama, namun kutau, sekarang semua tak lagi sama. Aku tergantikan olehnya. Aku tau sakit rasanya. Namun yang harus selalu kau tau, aku tetap teman terbaikmu, selalu ada, tidak peduli jika kau akan jatuh sekalipun, aku akan selalu ada. Pintu ini akan selalu ada, selalu menerimamu, jika mungkin kau kembali padaku, jika kau merasa kecewa.
          Aku menyerah. Bukan berarti kalah, atau menghindarimu. Mungkin kita yang harus selalu menjaga hati masing-masing. Dan kuharap dia menjadi orang yang bisa mengerti dirimu, lebih dari aku. Walaupun kuyakin, tak ada yang lebih mengerti kamu, selain Tuhan, aku ataupun keluargamu. Kau harus selalu tau, aku akan selalu mendoakanmu dari kejauhan, yang mungkin kau takkan pernah menyadari kepedulianku. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, meski sulit untuk menerima dan merubah semua seperti dahulu, aku akan selalu berusaha kuat. Karena, bahagiamu, bahagiaku juga.
Powered By Blogger
cursor by onehundred-vicless-nights

Please Translate Here